1.
Bagaimana
anda membuat instrumen untuk mengukur sebuah konsep atau variabel. Pertimbangan
apa saja yang harus diingat untuk mengukur sebuah konsep tersebut?
Jawaban:
Terdapat beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam
menyusun instrumen untuk mengukur konsep atau variabel, antara lain:
1.
Analisis variabel penelitian, yaitu mengkaji variabel
menjadi sub penelitian sehingga indikatornya dapat diukur dan menghasilkan data
yang akurat. Membuat indikator variabel, peneliti dapat menggunakan teori
ataupun konsep pengetahuan ilmiah yang relevan dengan variabel tersebut, atau
dengan menggunakan fakta berdasarkan pengamatan secara langsung.
2.
Penetapan penggunaan jenis instrumen dalam mengukur
variabel, subvariabel, ataupun indikatornya. Setiap variabel dapat diukur
dengan satu atau lebih jenis instrumen.
3.
Menyusun kisi-kisi instrumen, dimana kisi-kisi
tersebut berisi materi, jenis, dan banyaknya pertanyaan serta waktu yang dibutuhkan.
Setiap indikator akan menghasilkan beberapa isi pertanyaan, serta abilitas yang
diukur atau kemampuan yang diharapkan dari subjek penelitian.
4.
Menyusun item pertanyaan. Untuk menyusun item
pertanyaan tersebut harus sesuai dengan jenis dan jumlah instrumen berdasarkan
kisi-kisi yang telah dibuat. Selain itu, peneliti dapat membuat lebih dari
jumlah pertanyaan yang ditetapakan, atau pertanyaan cadangan. Setiap item
pertanyaan yang telah dibuat, jawaban atau gambaran yang diinginkan dari
pertanyaan tersebut harus dibuat oleh peneliti.
5.
Revisi instrumen. Instrumen yang telah dibuat
sebaiknya dilakukan uji coba guna perbaikan isi dan pembahasan, menghilangkan
instrumen yang tidak sesuai atau diganti dengan instrumen yang baru.
Adapun beberpa hal yang
perlu diperhatikan dalam mengukur konsep tersebut menurut Nana Sudjana (Uhar Suharsaputra, 2012:95) antara
lain:
1. Masalah dan
variable yang diteliti termasuk indicator variable harus jelas sehingga dapat
dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang digunakan.
2. Sumber data/
informasi, baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu,
sebagai bahan dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistimatika item dalam
instrument penelitian.
3. Keterandalan
dalam instrument itu sendiri sebagai alat pengumpulan data, objekvitas, dll.
4. Jenis data
yang diharapkan dari pengguna instrumen harus jelas. Sehingga peneliti dapat
menetukan gaya analisis dan pemecahan masalah penelitian.
5. Mudah dan
praktis digunakan akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan.
2. Apa yang dimaksud dengan validitas internal dan
validitas eksternal, coba jelaskan juga bagaimana bahwa yang satu menjadi
prasyarat bagi yang lain!
Jawaban:
Validitas internal
adalah ikwal kesahihan penelitian yang menyangkut pernyataan ; sejauh mana
perubahan yang diamati dalam suatu penelitian (terutama penelitian ekprimental)
benar-benar hanya terjadi karena perlakuan yang di berikan dan bukan pengaruh
factor lain (variabel luar). Validitas internal merupakan hal yang esensial
yang harus dipenuhi jika peneliti menginginkan hasil studinya
bermakna.Validitas internal mengacu pada kemampuan desain penelitian untuk
menyingkirkan atau membuat masuk akal penjelasan alternatif hasil, atau
masuk akal dugaan sementara (Campbell, 1957; Kazdin, 2003c).
Validitas eksternal
adalah ikhwal penelitian yang
menyangkut pertanyaan, sejauh mana hasil suatu penelitian dapat
digeneralisasikan pada populasi induk (asal sampel) penelitian diambil.
Validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian studi. Dalam
semua bentuk desain penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian ini adalah
terbatas kepada para peserta dan kondisi seperti yang didefinisikan oleh kontur
penelitian dan mengacu pada sejauh mana generalisasi hasil penelitian untuk
lain kondisi, peserta, waktu, dan tempat (Graziano
& Raulin, 2004).
Untuk meyakinkan bahwa desain penelitian eksperimen
layak untuk pengujian hipotesis
penelitian, maka dilakukan pengendalian terhadap validitas internal dan
validitas eksternal, sebab baik validitas internal maupun eksternal sangat
berkaitan satu sama lain dan tidak menutup kemungkinan pula satu diantaranya
menjadi prasyarat bagi yang lain.
Suatu eksperimen dikatakan valid jika hasil yang
diperoleh hanya disebabkan oleh variabel bebas yang dimanipulasi, dan jika
hasil tersebut dapat digeneralisasikan pada situasi di luar setting
eksperimental (Emzir:2009) Sehingga ada dua kondisi yang harus diterima yakni
faktor internal dan eksternal.
3.
Coba
jelaskan bagaimana menyusun latar belakang masalah penelitian. Setelah itu
buatlah rumusan masalahnya dan susunlah tujuan penelitiannya!
Jawaban:
Latar belakang masalah atau latar
belakang penelitian memuat tentang permasalahan penelitian dan mengapa masalah
tersebut perlu diteliti. Penting di sini bahwa permasalahan
penelitian setidaknya berasal dari beberapa sumber masalah sebagai berikut:
1.
Ada fenomena atau data lapangan.
2.
Ada perbedaan perspektif atau paradigma dari beberapa
teori yang terkait.
3.
Ada kesenjangan di antara hasil penelitian-penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya.
Dengan demikian latar belakang harus dapat
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
·
Apa fenomena yang penting dan mengapa penting?
·
Apakah fenomena tersebut pernah diteliti dan apa
kelemahannya jika sudah diteliti?
·
Apa yang membedakan penelitian yang akan Anda lakukan
dengan penelitian sebelumnya?
Contoh Penyusunan Latar Belakang Masalah Penelitian, Rumusan Masalah dan
Tujuan Penelitian:
A.
Latar
Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan konsep
pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang luas terkait dengan kehidupan
manusia. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuri
dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar.
Berdasarkan hal yang dikemukakan di atas, idealnya akan terjadi imbal
balik antara lingkungan dengan kegiatan belajar IPA. Melalui lingkungan siswa
mampu mendapatkan ilmu pengetahuan alam yang berharga. Demikian juga
sebaliknya, melalui kegiatan belajar IPA siswa dapat lebih dekat dengan
lingkungan serta mengetahui bagaimana melestarikan lingkungan tersebut. Dengan
demikian, lingkungan sekitar menjadi media yang penting dalam kegiatan belajar
IPA. Siswa akan menemukan berbagai permasalahan dan menemukan pula solusinya
melalui lingkungan sekitarnya.
Pembelajaran IPA yang berkaitan dengan lingkungan
menyebabkan hasil belajar yang dicapai siswa lebih baik jika dibanding dengan
mata pelajaran lainnya. Materi yang disajikan sebagian besar berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari, seperti pengelompokan hewan berdasarkan makanannya,
hubungan sesama makhluk hidup dan antarmakhluk hidup dengan lingkungannya,
gaya, energi panas dan alternatif, dan lain-lain. Namun, pada kenyataannya
tidak demikian dengan siswa kelas IV SDN Kalisari III Kec. Sayung. Ketuntasan
belajar yang dicapai pada mata pelajaran IPA materi pengelompokkan hewan
sebesar 52%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir separuh dari keseluruhan siswa
tidak tuntas belajarnya atau mendapat nilai di bawah KKM yang ditentukan yaitu
65. Berdasarkan analisis guru, rendahnya ketuntasan yang dicapai siswa
disebabkan oleh guru cenderung menggunakan metode ceramah saja saat memberikan
penjelasan dan contoh-contoh. Kegiatan ini membuat siswa bosan dan tidak
konsentrasi dengan materi yang dipelajari. Oleh karena hal tersebut, guru
bermaksud mengadakan perbaikan melalui penelitian tindakan kelas (PTK) untuk
meningkatkan hasil belajar IPA melalui metodediscovery/penemuan.
Metode discovery menurut
Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang
mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum
sampai kepada generalisasi. Metode discovery merupakan
komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan
cara belajar siswa aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri,
mencari sendiri dan reflektif.
Rohani (2004) berpendapat bahwa peserta didik sebagai subjek
disamping sebagai objek pembelajaraan. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk
berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Proses pembelajaraan harus dipandang sebagai stimulus atau rangsangan yang
dapat menantang peserta didik untuk merasa telibat atau berpartisipasi dalam
aktivitas pembelajaran.
Pembelajaran menggunakan metode ini berpusat pada siswa, sedangkan
guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing. Dengan demikian, siswa
memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat
kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Selain itu,
penggunaan metode ini dapat mengurangi ketergantungan siswa kepada guru sebagai
satu-satunya sumber informasi yang diperlukan oleh para siswa dan melatih para
siswa mengeksplorasi atau memanfaatkan lingkungan sebagai sumber informasi yang
tidak pernah tuntas digali. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan
mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui
Penggunaan Metode Discovery pada
Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SDN Kalisari III”.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang yang diuraikan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1.
Bagaimanakah penggunaan metode discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Kalisari III?
2.
Apakah penggunaan metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Kalisari III?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan atas rumusan masalah tersebut, adapun
tujuan penelitian ini antara lain:
1.
Untuk mengetahui bagaimana penggunaan metode discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Kalisari III
2.
Untuk mengetahui apakah penggunaan metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Kalisari III
4. Buatlah
hubungan antara dua variabel yang bersifat (masing-masing 2 contoh):
a.
Assosiatif
b.
Kausal
c.
Reversibel
Jawaban:
a.
Assosiatif
1.
Adakah hubungan antara banyaknya semut
dipohon dengan tingkat manisnya buah?
2.
Hubungan antara kemampuan matematis dengan kemampuan
berbahasa.
b.
Kausal
2.
Seberapa
besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh
pekerjaan?
c.
Reversibel
1. Hubungan antara prestasi dan beasiswa, pada kasus ini
diasumsikan bahwa orang yang berprestasi akan mendapatkan beasiswa, sebaliknya
orang yang mendapatkan beasiswa sudah pasti adalah orang yang berprestasi atau
pintar.
2.
Hubungan antara motivasi dengan prestasi.
Disini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi dan juga prestasi
mempengaruhi motivasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar