Orang tua yang terlibat dalam sekolah
anak-anaknya dapat membentuk sikap positif terhadap masalah akademik anak
begitu juga dengan para guru anaknya. Mereka para orang tua menggaji para guru
dengan gaji yang lebih tinggi secara interpersonal dan memberikannya sebagai
kompensasi atas kemampuannya dalam mengajar, membantu anak mereka dengan
memberikan beberapa saran, ide atau dukungan dalam menyelesaikan pekerjaan
rumah (PR), sebagaimana Epstein (1987) telah melakukan penelitian akan hal
tersebut. Keterlibatan orang tua juga cenderung akan memperoleh dukungan dari
orang lain kaitannya dalam masalah-masalah masyarakat, dan selanjutnya pada
masalah pendidikan mereka sendiri (Henderson, 1987).
Program keterlibatan orang tua telah
diuji secara empiris dalam berbagai penelitian, diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Barth 1979, Epstein 1987, Fehrmann, Keith dan Reimerns
1987, Karraker 1972, Walberg, Bole dan Waxman 1980. Sebagai contoh, Walberg
1980 menguji sebuah program sekolah yang besar (K 6) dimana orang tua
menandatangani kontrak, berjanji untuk menetapkan pengharapan yang tinggi,
menyediakan sebuah lingkungan belajar yang tepat. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa antara kelas satu dengan kelas yang lain akan
terlihat berbeda antara yang unggul dan yang tidak tergantung pada sejauh mana
para guru bekerja dalam mengurus kelas tersebut. Pada kelas dimana para gurunya
berusaha keras dalam melibatkan orang tua dalam prestasi akademik anak, maka
kelas tersebut mencapai tingkat 1.1 dalam keuntungan membaca. Sedangkan pada
kelas dimana kurang melibatkan orang tua dalam prestasi akademik anak hanya
mencapai tingkat 0.5
Dalam proses belajar pada tingkat
pertama, kedua dan ketiga, antara para guru, kepala sekolah, orang tua dan
siswa mempunyai hubungan yang positif jika para guru melibatkan orang tua dalam
prestasi akademik anaknya, demikian hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Epstein pada tahun 1987. Apalagi pada siswa tingkat 5 akan memberikan
perkembangan sikap yang positif terhadap sekolah dan akan lebih banyak
mendapatkan tugas pekerjaan rumah (PR) di akhir minggu.
Untuk menguji sikap keterlibatan
orang tua, beberapa peneliti telah mengungkapkan efek persepsi atas
keterlibatan orang tuanya terhadap hasil belajar mereka. Keith dan beberapa
rekannya (Fehrmann, 1987 dan Keith , 1986) mendefiniskan keterlibatan orang tua
sebagai suatu kinerja yang dapat dilihat dan diharapkan, dorongan lisan atau
semacam interaksi yang berhubungan dengan tugas rumah, penguatan langsung dalam
perkembangan akademik, dan bimbingan serta dukungan akademik pada umumnya. Berdasarkan
data HSB (The High School and Beyond),
didapatkan hasil bahwa keterlibatan orang tua mempunyai dampak positif terhadap
kemampuan siswa.
Bempechat dan rekannya (1998) telah
mengembangkan Education Socialization Scale (ESS) atau dalam bahasa indonesia
kita dapat mengartikannya skala sosialisasi pendidikan untuk menekan persepsi
siswa terhadap akademik orang tuannya dan praktik sosialisasi kognitif sejauh
mana pengawasan orang tua terhadap anaknya diluar waktu sekolah. Mereka
mengemukakan bahwa terlepas dari status sosial atau etnis, prestasi dalam mata
pelajaran matematika berkaitan secara positif dengan frekuensi persepsi dan
sosialisasi pendidikan intens dan persepsi pengawasan yang tinggi. Sehingga
diperoleh bukti bahwa bimbingan yang intens dan dukungan yang kuat pada
aktifitas akademik merupakan faktor penting dalam mencapai prestasi anak
disekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar