1.
What
is the relationship of curriculum to instruction?
Answer:
Hubungan atau kaitan antara kurikulum dan pengajaran:
Telah dijelaskan oleh Wiles dan
Bondi (1989) bahwa rencana dalam pembelajaran termasuk didalamnya adalah
kurikulum, dimana setiap guru wajib membuat perencanaan pembelajaran yang
berisi; mengajarkan ‘sesuatu’ untuk beberapa ‘tujuan’. Sehingga ‘sesuatu’ dan
‘tujuan’ tersebut yang disebut kurikulum. Kurikulum menjelaskan rencana-rencana
pembelajaran yang akan dilaksanakan, sebuah dokumen tertulis dengan tujuan
menentukan hal-hal penting apakah yang perlu dipelajari. Sebuah rencana
pembelajaran merupakan sebuah pemaparan yang mendefinisikan kurikulum sebagai
sebuah urutan atau perkembangan yang berisi tujuan pembelajaran dan
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan mulai dari awal pelaksanaan hingga
akhir. Adapun tujuan dari sebuah pembelajaran harus sudah dihafal oleh guru,
dan kurikulum sebagai pemandunya serta buku-buku yang relevan sebagai
pendukungnya.
Dalam pandangan John Dewey
disebutkan bahwa kurikulum dapat disusun berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
telah didapatkan oleh para pembelajar (siswa). Sehingga Caswell dan Campbell,
1935 mendeskripsikan kurikulum sebagai “seluruh pengalaman yang dimiliki oleh
para siswa dibawah bimbingan para guru”. Definisi ini menjelaskan bahwa
para guru Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dapat menemukan metode yang lebih nyaman karena
hal tersebut dapat menekankan pentingnya lingkungan sekolah dan peran
partisipasi guru dalam membuat rencana-rencana pembelajaran untuk para
siswanya.
Kaitannya dengan tujuan kurikulum,
Eisner (1990) memaparkan bahwa kurikulum dan tujuannya sebagai “membebaskan
pikiran dari suatu kepastian, membebaskan anak-anak dan remaja sehingga mereka
dapat mempertimbangkan pilihan tanpa paksaan orang tua”. Dalam pandangan ini
tujuan paling penting dan peran guru lah yang memegang peranan dalam menyusun
dan menjalankan kurikulum itu sendiri. Seorang guru tidak hanya sebagai
penyalur dan pembimbing dalam penemuan siswa, tetapi seorang guru juga membantu
para siswa dalam mengeksplorasi pengalaman dan mencari makna pribadi baik di
dalam maupun luar kurikulum.
Pandangan Eisner tentang kurikulum
inilah yang mendorong pendekatan konstruktivist pada pengajaran, dimana guru
mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab atas pelajaran yang mereka dapatkan,
berfikir otonom, mengembangkan pemahaman atas konsep-konsep yang saling
berintegrasi antara satu dan lainnya, dan mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan penting.
2. What National standards have been
developed and how will they impact school curriculum?
Answer:
·
Standar
Nasional yang telah dikembangkan antara lain;
1. The
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) atau Dewan Nasional Guru
Matematika dimana telah mempublikasikan standar profesional dalam pengajaran
matematika pada tahun 1991. Publikasi yang telah disusun tersebut menjadi model
dalam pengembangan dewan nasional bidang lainnya.
2. Pada
tahun 1995 telah berkembang beberapa dewan nasional yang lainnya, seperti Dewan
Nasional Pendidikan Geografi, Dewan Nasional bidang sosial, Dewan Nasional Guru
Bahasa Inggris, dan International Reading Association. Proyek standar
pendidikan nasional telah didukung oleh Dewan Penelitian Nasional yang
dikembangkan oleh American Education for The Advancement of Science.
·
Dampak
Standar Nasional terhadap Kurikulum sekolah:
1. Standar
nasional yang telah dikembangkan akan memberikan pengaruh yang positif terhadap
kurikulum sekolah dan dapat menjadi ukuran penilaian bidang ilmu yang
dipelajari.
2. Menjadikan
kurikulum lebih fokus terhadap bidang ilmu yang dipelajari.
3. Sistem
pengajaran akan lebih rapi dan dapat mencapai target dan tujuan dari pengajaran
atau kurikulum itu sendiri.
4. Memberikan
tantangan kepada para guru mengingat begitu banyak bidang ilmu pengetahuan yang
harus mereka pelajari, sehingga akan menjadikan guru tersebut lebih profesional
dalam mengajar.
3.
What does a constructivist approach to
teaching mean?
Answer:
Arti pendekatan konstruktivis
dalam mengajar adalah:
Menurut
Tierney (1990) konstruktivisme mempengaruhi pengajaran dalam membaca dan
menulis. Newman, Griffin dan Cole (1989) menambahkan bahwa konstruktivisme
tidak hanya mempengaruhi pengajaran dalam membaca dan menulis saja, melainkan
dalam subjek-subjek yang lain juga.
Konstruktivis
dalam proses belajar mengajar yang telah dibahas dalam paper memaparkan bahwa
pengetahuan dibentuk dari pemikiran setiap pembelajar dan pendekatan
pembelajaran yang efektif akan menggali pemikiran pembelajar melalui belajar
mengajar yang efektif, pengalaman otentik, kolaborasi dalam kegiatan diskusi,
dan penataan konsep utama dalam belajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pendekatan konstruktivis merupakan sebuah pengetahuan dan pembelajaran yang menjelaskan
bagaimana guru berperan dalam memberikan pengajarannya. Dimana guru membantu
para siswa dalam menyerap ilmu baru yang mereka dapatkan sehingga mereka para
siswa dapat memproses dan mengamalkan
pengetahuan-pengetahuan baru tersebut (Good & Brophy, 1994).
Sebagaimana
dua parar pendidikan yang lain, yaitu; Henry Pestalozzi dan Freder-Froebel
menyatakan bahwa aktivitas belajar mengajar berpusat pada ‘learning by doing’,
dan hal tersebut merupakan salah satu karakteristik dari pendekatan pengajaran
konstruktivis. Para guru konstruktivis lebih mengutamakan mengajar untuk
pemahaman, artinya bahwa mereka para guru mengharapkan siswanya agar mampu
menjelaskan, menemukan bukti dan contoh, menyamaratakan, mengamalkan, dan
menyajikan konsep-konsep dengan cara dan metode yang baru (Perkins &
Blythe, 1994). Para guru memberikan tugas-tugas yang akan mendorong siswa untuk
menggunakan apa saja yang mereka telah pelajari.
Para
peneliti telah mengembangkan 4 kerangka untuk mendorong kesuksesan dalam
pengajaran menggunakan metode konstruktivis, antara lain;
1. Menggunakan
topik umum, dimana guru dan siswa menggunakan topik yang sesuai dengan bidang
keilmuan mereka, penting bagi siswa, dan sesuai dengan topik yang berkaitan
dengan rumpun ilmu yang mereka pelajari.
2. Mengembangkan
tujuan pemahaman, dimana guru dan siswa perlu mengidentifikasi beberapa tujuan
utama pada sebuah topik, sehingga siswa akan paham akan tanggung jawab mereka,
dan mereka para siswa akan mengerti dan paham beberapa poin penting di dalam
pelajaran tersebut.
3. Merencanakan
kinerja pemahaman, dimana guru mendesai
beberapa pengalaman yang akan mendukung pengetahuan mereka dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
4. Melakukan
penilaian yang berkesinambungan. Di dalam kelas konstruktivis dengan penekanan
utama pada pemahaman, para siswa memerlukan umpan balik dan kesempatan untuk
merefleksikan kemajuan mereka dalam belajar. Sehingga guru perlu mengadakan
penilaian secara berkesinambungan untuk mengukur kemampuan siswa di dalam proses
belajar mengajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar